Jumat, 27 November 2009

JANJI ? tak perlu ditepati selama tak berjanji


janji ? hal yang sering saya pertanyakan akhir-akhir ini. bukan apa-apa. tapi demi sebuah kepastian

Janji adalah refleksi sosial manusia dalam kehidupan berinteraksi dengan yang lain, Dalam kehidupan ini kita akan banyak sekali berjanji baik yang memang benar kita ucapkan karena kita akan memenuhinya, atau janji yang hanya untuk menyenangkan seseorang secara sepintas, padahal kita tak ingin memenuhinya, atau bahkan janji yang kita tahu tak akan bisa memenuhinya.

Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditepati. Betapa banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Membuat janji tidak bisa dianggap remeh. Janji adalah sebuah komitmen, dan kita bisa dikejar perasaan bersalah – walau banyak yang tidak merasa – gara gara wanprestasi atau ingkar janji. Mereka yang selalu menepati janji adalah pribadi yang memiliki integritas, karena menjadi barang langka di kehidupan hedonis ini.

Janji menurut wikipedia adalah sebuah kontrak psikologis yang menandakan transaksi antara 2 orang di mana orang pertama mengatakan pada orang kedua untuk memberikan layanan maupun pemberian yang berharga baginya sekarang dan akan digunakan maupun tidak. Janji juga bisa berupa sumpah atau jaminan.Janji dapat diucapkan maupun ditulis sebagai sebuah kontrak. Melanggar janji tak hanya sering dianggap sebagai perbuatan tercela, malahan juga ilegal, seperti kontrak yang tidak dipegang teguh.

Pasti kita ingat bahwa Sejak kecil kita diajar bahwa janji adalah sesuatu yang suci. "Jangan berjanji bila kamu tidak dapat menepatinya" adalah nasihat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mengapa? Tidak menepati janji dapat membuat kita kehilangan kepercayaan dari orang-orang yang mengandalkan kita. Kita cenderung untuk tidak memercayai kata-kata seseorang yang tidak dapat atau tidak mau mewujudkan kata-kata dalam tindakan. Menepati janji adalah bagian dari iman. Barangsiapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka tidak termasuk tanda kemunafikan dan bukti atas serta rusaknya hati.


Sikap mengingkari janji terhadap siapapun tidak dibenarkan , meskipun terhadap anak kecil. Jika ini yang terjadi, disadari atau tidak, kita telah mengajarkan kejelekan dan menanamkan pada diri mereka perangai yang tercela. Orang tua sering mengungkapkan janji pada anak-anak kecil ketika menangis seperti kalimat janji yang tidak ditepati atau menakut-nakuti dengan sesuatu yang tidak ada adalah sangat tidak diperbolehkan.Ketika kita melaksana Bisnis, Rumah Tangga, Kehidupan bermasyrakat di lakukan dalam suasana atau kebiasaan ingkar janji, maka yang ada kita tidak akan dipercaya lagi.

Siapapun orangnya tidak akan suka kepada orang yang ingkar janji. Karenanya, dia akan dijauhi di tengah-tengah masyarakat dan tidak ada nilainya di mata mereka.Namun anehnya ternyata masih banyak orang yang jika berjanji hanya sekedar igauan belaka. Dia tidak peduli dengan kehinaan yang disandangnya, karena orang yang punya mental suka dengan kerendahan tidak akan risih dengan kotoran yang menyelimuti dirinya. hal tersebut sering kita dengar ketika Para pemimpin memperebutkan kekuasaan mereka sering mengobral janji-janji kosong.

Mengingkari janji mempunyai konsekwensi hukum Janji yang mengandung tanggung jawab materi, seperti janji membeli suatu produk atau menjualnya, atau janji memberi sejumlah uang yang akan digunakan untuk kebutuhan tertentu, bila diingkari selain dosa, oleh pendapat mazhab Maliki, juga boleh dituntut di pengadilan untuk dimintai ganti rugi. Ini terutama bila ingkar janji tersebut menimbulkan kerugian yang sifatnya materi. dan hal ini masuk kedalam Kitap Undang-undang Hukum Perdata dan atau Pidana.

Memang berusaha menepati janji, sepertinya hal yg selalu ingin kita lakukan, tetapi terkadang banyak hal yang membuat kita berat untuk berusaha tetap memenuhi janji yang kita buat sendiri. terkdang sebuah janji bukan sekedar hutang yang perlu dilunasi, tetapi terkandung jaminan kepastian yang menimbulkan harapan bagi insan dunia. Menepati janji adalah cerminan kedewasaan hati dan pikiran. Maka ada petuah bijak yg bilang “jangan berjanji jika tak sanggup menepati.", jadi janganlah membuat janji bila kita memang tidak bisa/tidak ingin menepatinya.(KL)

Tidak ada yang harus ditepati selama kita tidak pernah berjanji…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar