Rabu, 04 November 2009

Aku Bukan Cinderella


Kalian tahu dalam hidupku terjadi sebuah kisah seperti Cinderella
Tapi...
Cinderella ini sudah lelah menunggu Pangerannya yang tak kunjung datang membawakan sepatu kacanya yang tertinggal saat pesta itu.
Tapi, tak apalah !
Lalu apa yang aku dapat setelah itu ?
Diacuhkan, diabaikan dan seolah hanya bayangan !
Kau tahu rasanya diabaikan ?
Sakit ...
Dia tak pernah mau tahu kalau akulah Cinderella yang berdansa dengannya malam itu dan meninggalkan sepatu kaca sebagai tanda bahwa kelak Pangeranku itu dapat mencariku kembali dengan bimbingan sepatu kaca sialan itu. Ya... sepatu kaca pemberian peri baik yang sebenarnya seolah telah merencanakan semuanya bakalan hancur
Aku hanya bisa diam ketika Pangeran itu hanya sekedar melirik seakan tak sadar dan tanpa ada rasa kalau akulah Cinderellanya.
Apa aku harus umumkan sendiri pada dunia, bahwa akulah Cinderella yang berdansa dengan pangeran dan tiba-tiba menghilang jam 12 malam.
Dan apa aku harus umumkan pada dunia kalau akulah pemilik sepatu kaca yang salah satunya ada pada Pangeran itu.
SIALAN
Aku terjebak dalam skenario cerita si Upik Abu yang menjadi Cinderella.
Cinderella SIALAN, kau buat ceritaku jadi aneh !
Akhirnya harus ku tuliskan pada ceritaku, bahwa Cinderella ini membuang sisa sepatu kacanya.
Membuang dan membunuh perasaannya.
Dibakar dalam kesendirian yang menjadikannya abu.
Abu...
Memang itu yang pantas pada sepatu kaca Cinderella ini.
Selamat tinggal sepatu kaca dan pangeran ku.
Apa kalian tahu siapa pangeran itu ? yang selalu kutunggu, ku impikan, ku dambakan setiap malamnya sambil menatap bulan.
Akhirnya...
Setelah kupikirkan, pangeran itu adalah kau sang Pecinta jahanam yang mengaku cinta padaku. Dan aku tahu kau adalah maha pembohong.
Cinderellanya ini, sudah pasti itulah aku. Aku yang selalu menerima cinta palsu pangeran itu, aku yang bodoh yang selalu menunggu pangeran yang tak cinta padaku dan akupun tahu semuanya hanya kias belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar